Assalamu'alaikum wr wb. Apa kabar sahabat? sebelumnya saya ucapkan:
Selamat melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan, bagi yang melaksanakannya. Semoga kita diberi kekuatan dalam melaksanakan ibadah ini, dan keluar Ramadhan dalam keadaan fitrah. Amiin...
Mungkin diantara sahabat yang membaca ini, ada yang melaksanakan Puasa di hari senin atau di hari selasa. Perbedaan yang sudah biasa terjadi sejak puluhan tahun silam..
Kenapa terjadi perbedaan?
Sebelum melihat perbedaan, sebaiknya melihat persamaan dahulu. Katakanlah kita ambil 2 organisasi besar yang sering terjadi perbedaan yaitu Muhammadiyyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
Dari segi persamaan, ke 2 organisasi besar ini mengambil dalil Hadits yang sama yaitu:
Artinya : “Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya. Bila penglihatan kalian tertutup mendung maka sempurnakanlah bilangan (bulan Sya’ban) menjadi tiga puluh hari.”
Dari segi perbedaan, mereka berbeda memahami kata liru'yatihi (melihat hilal), pada Hadits di atas. Muhammadiyah memahami kata melihat, cukup dengan ilmu (ilmu hisab). Sedangkan NU memahaminya, melihat itu harus dengan mata.
Maka di NU ada istilah imkanur ru'yah (kemungkinan terlihat) dan ru'yatul hilal (melihat hilal / bulan baru). Sedangkan Muhammadiyah menggunakan istilah wujudul hilal. Silahkan cari tahu sendiri ya... istilah-istilah itu biar lebih jelas .
Ada analogi seperti ini : Di awal bulan, Anda membelikan istri anda 30 kg beras. Penggunaan harian beras adalah 1kg. Ketika saat ini misalkan tanggal 20, Anda bisa mengitung berapa sisa beras yang ada. (inilah konsep yang digunakan Muhammadiyah). Sedangkan apabila Anda ingin tahu pasti berapa sisa beras, Anda harus menimbangnya. (Inilah konsep NU).
Dari analogi tersebut semoga bisa dipahami letak perbedaan pendapat tentang Penentuan Awal Ramadhan dan Idul Fitri, juga Awal Dzulhijjah.
Menyikapi Perbedaan
Perbedaan akan menjadi rahmat, ketika disikapi dengan ilmu. Tetapi akan menjadi masalah ketika disikapi dengan ego dan kesombongan, merasa diri paling benar.
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Romadhon, Taqobbalalahu minna wa minkum Shiyamana wa Shiyamakum.
12 Maret 2024 / 2 Ramadhan 1445 H
Setuju Kang, saling menghargai perbedaan...yang penting hidup berdampingan di dalam kehidupan bermasyarakat adalah adem ayem damai, indah suasana ☺
BalasHapusbetul Mbul... makasih udah berkunjung
Hapusmakasih pencerahannya kang..
BalasHapussama-sama
HapusPerbedaan itu biasa, yang penting menjalankan ibadah puasa nya ya kang Ismet.😀
BalasHapusTapi kalo aku mengikuti pemerintah sih.
nah itu dia.. sama saya juga ikut hasil sidang isbat aja :)
HapusMayoritas masyarakat sepertinya ngikut pemerintah ya.
Hapusiya mas... disini juga ikut pemerintah
HapusDullu saya sempat heran
BalasHapusdengan bertambah umur dan bertambah ilmu,jadi lebih tahu
bahwa semunya benar
semuanya menggunakan ilmu yang telah ditentukan oleh nabi dan Tuhan.
Perbedaan awal puasa, menjadi berkah.
Menjadi kasanah, bahwa ilmu itu luas.
bertambah umur semakin dewasa dalam berfikir ya mas.. betul semuanya dengan ilmu, dan harus disikapi dengan ilmu
HapusSaya dari jaman dulu memang ikut pemerintah aja sih...berbeda enggak apa koq..berbeda itu indah...gak usah di bikin ribet.
BalasHapusSetuju dgn Kang Ismet...
BalasHapusJgn jadikan perbedaan sebagai keributan atau saling gontok2an ya kang 😁
setuju sekali mas :)
HapusIya ya Kang, kita sudah menjadi terbiasa dengan perbedaan baik awal maupung akhir Ramadhan. Jadi hal yang lumrah saja.
BalasHapusIngat gak Kang beberapa tahun lalu ada kasus "Lebaran delay"?
Entah bagaimana mula kejadiannya, seluruh masyarakat sudah bersiap kalau besok lebaran, ternyata besoknya masih puasa. Jadilah itu sahur termewah...sudah ada ketupat, opor ayam, sambal goreng...
salam,
hehe iya pak.. tahun 2013 atau tahun berapa ya... pas esoknya lebaran langsung rame bahasa "bejakeun tulus kituh ayaeuna mah" :)
Hapus