Memaknai Ketupat, makanan wajib saat Lebaran

Memaknai Ketupat, makanan wajib saat Lebaran

ketupat

Ketupat, siapa yang tidak kenal makanan ini. Ketupat seolah menjadi makanan "wajib" saat Lebaran. Kenapa harus ketupat? Sejak kapan mulai adanya tradisi ketupat?

Ternyata ketupat bukan hanya tentang makanan, tapi sarat dengan makna didalamnya. Saya memahami ini dari sebuah obrolan kurang lebih tahun 2000an dengan seorang sahabat yang berasal dari daerah Jawa.

Makna Ketupat

Ketupat, atau dalam bahasa Jawa / Sundanya adalah Kupat. Merupakan akronim dari Ngaku Lepat. Hal ini tercantum dalam Lumbung Kiroto Boso (Jawa) atau Bahasa Kirata (Sunda). Ngaku lepat, artinya mengakui kesalahan. Kesalahan terhadap Allah (hablum minallah) dan kesalahan sesama manusia (hablum minan naas). Momentum Romadhon merupakan wktu yang tepat untuk mememinta ampunan kepada Allah, karena bulan ini adalah Syahrul Maghfiroh (bulan pengampunan), selain itu tentunya, sebagai usaha untuk kembali kepada fitrah, kita harus saling membebaskan antar sesama.

Kupat juga bisa berarti Laku Papat (melakukan empat hal) yaitu: Luberan (melimpahnya rizki, dan berbagi atas melimpahnya rizqi), Leburan (waktunya melebur dosa), Laburan (yang berasal dari kata labur yang artinya kapur putih, yang artinya menyucikan diri), dan Lebaran (pintu ampunan terbuka lebar). Inilah falsafah Sunan Kalijaga tentang makna Kupat.

Selain penamaan, isi Kupat juga dari Beras putih. Yang artinya, hati yang putih itu harus dibungkus, jangan dibiarkan terkotori. Bungkusnya dari daun kelapa (janur). Janur artinya Ja-a Nurun (dalam bahasa arab artinya datang cahaya) atau Janur bisa berarti Jatining Nur (Sebenarnya Cahaya).

Lepet

Selain Kupat, Lepet juga merupakan makanan khas Lebaran. Walaupun di daerah Sunda mungkin kurang terbiasa adanya Lepet (Leupeut) saat Lebaran. Tapi di beberapa daerah Lepet termasuk makanan khas lebaran.

lepet

Filosofi Lepet

Kata lepet berasal dari kata 'silep' yang berarti "kubur atau simpan" dan 'rapet' yang berarti 'rapat'. Peribahasa yang terkenal tentang lepet adalah 'mangga dipun silep ingkang rapet' yang berarti 'mari kita kubur yang rapat'.

Selain itu juga Lepet mempunyai makna 'ora nyepeleken perkoro sing saipet' yang berarti 'jangan menyepelekan hal kecil'. Kalau dalam pribahasa Bahasa Sunda 'Kabeureuyan mah tara ku tulang munding, tapi sok ku cucuk peda' yang artinya 'Ketulangan itu ga pernah sama tulang kerbau, tapi tulang ikan'. Maksudnya adalah, banyak orang menyepelekan hal kecil, justru hal kecil itulah yang menjadi masalah.

Akhir kata, semoga kita bisa mengambil filosofi-filosofi dari makanan di atas, ketika kita sajikan di saat Idul Fitri. Alangkah hebatnya para ulama Indonesia menyikapi makanan sebagai akulturasi budaya dan pendalaman Agama Islam. Semoga kita bisa mengambil ibroh dari semuanya.

Saya Mengucapkan Minal 'Aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan bathin.

Halaman ini telah dikunjungi sebanyak
kali.

16 Komentar

  1. Ad golongan 'koplak' yang menyatakan bahwa Wali Songo itu ga ada, padahal subhanallah jasanya... kayaknya bagi mereka surga sudah didepan mata, melihat jasa-jasa mereka..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepikiran sama saya, bagaimana Wali Songo berdakwah yang note bene saat itu indonesia beragama hindu budha / animisme dinamisme... sangat-sangat besar jasa mereka, btw... yang dibilang koplak itu abaikan saja... mereka lebih bangga dengan ulama Mekkah.. yang bingung apakah mereka tidak membaca sejarah Syekh nawawi Albantani, Syeh Ahmad AlFalimbani, Syekh Ahmad Khatib AlMinangkabawi... entahlah

      Hapus
    2. namanya beda mashab, tak apalah. Biar seru, indonesia biar ramai dengan adanya perbedaan

      Hapus
    3. setuju mas... yang penting tidak merasa diri paling benar dan yang lain salah

      Hapus
  2. Tidak banyak orang tahu filosofis ketupat,,moment ketupat lewat begitu saja padahal di dalamnya ada makna yang sangat dalam,,,hatur nuhu. Kang ismat atas pencerahannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama Kang.. begitulah para ulama kita dalam berdakwah, sangat dalam maknanya.. btw.. diantos ngeblogna ah lanjut :)

      Hapus
  3. Lepet , di kampung saya sudah susah dijumpai
    Dulu waktu kecil, suka bantu emak buat Lepet dan ketupat
    Filosofi yang hebat

    BalasHapus
    Balasan
    1. generasi sekarang kebanyakan pengen serba instant mas... lebih banyak beli daripada bikin sendiri

      Hapus
  4. Selain ketupat, lebaran memang identik dengan lepet juga. Lebaran nanti emak saya juga mau bikin lepet.

    Minal aidzin wal Faidzin kang.🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mas... semoga shaum kita diterima oleh Allah SWT.. amin. Alhamdulilah masih ada emak yang rajin ya..

      Hapus
  5. Baru tahu makna dari ketupat dan juga lepet di blog kang Ismet ini. Orang zaman dahulu kalo bikin sesuatu ada maknanya ya.

    BalasHapus
  6. Ternyata ketupat saja bisa menjadi cerita yang panjang bila paham makna dan filosofinya. Saya penggemar ketupat apalagi saat lebaran ditambah dengan hidangan lain

    BalasHapus
  7. ketupat instan
    saya sekarang kalau lebaran beli ketupat instan
    udah enggak ribet
    enak dan wangi lagi berasnya

    BalasHapus
  8. Selama ini taunya hanya makan aja, ternyata filosofinya dalam juga

    BalasHapus
  9. Kalau membesarkan hal kecil dan mengecilkan hal besar, itu filosofi makanan apa ya?

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak